PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Kandungan bahan organik dalam tanah
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu
budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan
kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik
dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan
interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah (Munawar,
1988).
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal
dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor
paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7. Siklus Fosfor sendiri
terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari
pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan
mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi
dan pelindian (Hanafiah 2010).
Bahan organik sebagai bahan
rehabilitasi juga didapat dari limbah, terutama limbah industri kelapa sawit
yang banyak diluar pulau Jawa. Menyatakan bahwa tandan kosong kelapa sawit
sebanyak 95 Mg/ha mampu meningkatkan pH tanah, kandungan P, K, Mg, dan KTK
tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia,
fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan
terjadinya pemadatan tanah (Poerwowidodo, 1993).
Bahan organik merupakan salah satu
komponen tanah yang sangat penting bagi ekosistem tanah, dimana bahan organik
merupakan sumber pengikat hara dan substrat bagi mikrobia tanah. Bahan organik
tanah merupakan bahan penting untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik secara
fisik, kimia maupun biologi. Usaha untuk memperbaiki dan mempertahankan
kandungan bahan organik untuk menjaga produktivitas tanah mineral masam di
daerah tropis perlu dilakukan (Rosmarkam, 2002).
Bahan organik yang berasal dari sisa
tumbuhan dan binatang yang secara terus menerus mengalami perubahan bentuk karena
dipengaruhi oleh proses fisika, kimia dan biologi. Bahan organik tersebut
terdiri dari karbohidrat, protein kasar, selulose, hemiselulose, lignin dan
lemak. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan mendorong
perkembangan populasi mikro organisme tanah. Bahan organik secara fisik
mendorong granulasi, mengurangi plastisitas dan meningkatkan daya pegang air
(Hardjowigeno, 1987).
Tujuan
Praktikum
Untuk
menetukan jumlah bahn organik suatu tanah.
Kegunaan
Praktikum
1. Sebagai
salah salah syarat untuk mengikuti praktikal test pada mata kuliah praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
2. Sebagai
salah satu syarat untuk mencapai program sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
TINJAUAN
PUSTAKA
Umumnya, penambahan jumlah sisa-sisa
organik setiap tahun ketanah ditinggalkan. Disini terjadi suatu yang
meningkatkan dalam kandungan bahan organik total. Seseorang mengharapkan
tanah-tanah di padang pasir berisi tanah organik sangat sedikkit, karena
penambahan bahan organik setiap tanahnya dan tanaman sangat kecil (Foth, 1994).
peningkatan pH akibat penambahan bahan
organik karena proses mineralisasi dari anion organik menjadi CO2 dan H2O atau
karena sifat alkalin dari bahan organik tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa pemberian
bahan organik dapat meningkatan pH tanah namun besarnya peningkatan tersebut
sangat tergantung dari kualitas bahan organik yang dipergunakan. Perbedaan
dalam kecepatan proses dekomposisi dan mineralisasi dari masing-masing jenis
bahan organik tersebut pada akhirnya berkorelasi dengan sumbangan C dan N ke
dalam tanah (Munawar, 1988).
Apabila tidak ada masukan bahan organik
ke dalam tanah akan terjadi
masalah
pencucian sekaligus kelambatan penyediaan hara. Pada kondisi seperti
ini
penyediaan hara hanya terjadi dari mineralisasi bahan organik yang masih
26
terdapat dalam tanah, sehingga mengakibatkan cadangan total C tanah semakin
berkurang (Hardjowigeno, 1987).
Humus yanng mengabsorbsi sejumlah besar
air dan yang menunjukkan ciri-cirinya untuk dapat menggembung dan juga
menyusut. Tetapi tidak menunjukkan sifat-sifat tanah nyata kurang stabil,
karena mereka ini merupakan suatau subyek perombakan mikroba (Poerwowidodo,
1993).
Bahan organik memainkan beberapa peranan
penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal,
berisi semua unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan
organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan
kondisi yang diinginkan (Darmawijaya, 1994).
Secara lokal, terdapat kecenderungan
suatu korelasi di antara kandungan liat tanah dengan kandungan bahan organik.
Semakin besar kombinasi persediaan unsur-unsur hara, semakin banyak hasil
akumulasi bahan organik pada tanah bertekstur halus. Liat juga mengabsorbsikan
rombakan enzim-enzim yang menjadi tidak aktif (Hanafiah, 2010).
Tanah-tanah didaerah arid biasanya
mempunyai kandungan bahan organik rendah. Bahan-bahan umum berhubungan dengan
semacam humusnya termasuk sisa-sisa tanaman yang mengalami perombakan,
bersama-sama dengan substansi pemyusun sel dan hasil tertentu serta hasil-hasil
akhir. Hal ini berubah secara tetap dalam sususnan. Keadaan ini lebih lebih baik sementara membicarakan
humus tidak sebagai kelompok tunggal dan dari substansi (Rosmarkam, 2002)
Lahan
kering tergolong suboptimal karena tanahnya kurang subur, bereaksi masam,
mengandung Al, Fe, dan atau Mn dalam jumlah tinggi sehingga dapat meracuni
tanaman. perombakan bahan organik saat pembentukan gambut
dilakukan oleh mikroorganisme anaerob dalam perombakan ini dihasilkan gas
methane dan sulfida.
Pengairan lahan daerah kering dan mengusahakan tanaman budidaya berakibat pada
meningkatnya bahan organik dalam jumlah yang lebih besar yang dikembalikan ke
tanah setiap tahun (Munir, 1996).
BAHAN
DAN ALAT
Tempat
dan Waktu
Pelaksanaan
praktikum ini dilakukan di Laboratorium praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Jln. Muchtar Basri
No. 3 Gedung F lantai 4.
Waktu
pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 14 Desember 2011,
pukul 13:30 WIB Sampai dengan selesai.
Bahan
dan Alat
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah kering udara yang telah
diayak dengan ayakan 10 mesh, Larutan K2Cr2O7,
asam sulfat pekat, asam phosphate 85 %, Indikator dipenilamine, larutan 4% NaF,
larutan Fe (NH4)2(SO4)2
0,5 N.
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas erlenmeyer 200-300 ml, dan
biuret titrasi.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1.
Timbang 10 gram tanah
kering udara, kemudian masukkan ke gelas erlenmeyer.
2. Tambahkan
5 ml K2Cr2O7 1 N dan guncang dengan tangan.
3. Tambahkan
10 ml H2SO4 pekat, kemudian guncang 3-4 menit,
selanjtunya diamakan selama 30 menit.
4. Tambahkan
100 ml aquadest dan 5 ml H3PO4 lalu Naf 4% sebanyak 2,5
ml.
5. Kemudian
tambahkan 5 tetes indikator dipenilamine, guncang hingga timbul biru tua.
6. Titrasi
dengan Fe (NH4)2 (SO4)2 0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi
hijau.
7. Pada
saat yang sama buat juga perlakuan blanko yaitu perlakuan dengan cara yang sama
tetapi tanpa tanah.
8. Pergitungan
:
%
C = 5 (1-)
3,90 (untuk tanah 10 gr)
Keterangan
:
1. T
= vol. Fe (NH4)2 (SO4)2 0,5 N tanah
2. S
= vol. Fe (NH4)2 (SO4)2 0,5
N blanko
% organik = 1,72 x % C
HASIL
PRAKTIKUM
Perhitungan
:
Diketahui :
Berat
kertas = 1,56 gr
Berat
tanah = 10 gr
T
= 10 ml
S
= 5 ml
Ditanya :
% C = 5 (1-)
3,90
=
5
(1-)
3,90
=
5 (1-2) 3,90
=
-19,5 %
% Bahan organik = 1,72 x -19,5
= -33,54 %
PEMBAHASAN
Dalam
penetapan bahan organik yang dilakukan didapat tidak sesuai setelah dilakukan
percobaan dalam pengamatan dilakalukan suatu percobaan dalam penetuan bahan
organik dan dalam penetapan bahan organik dapat dilakukan dengan beberapa
metode, dan salah satu diantaranya dapat digunakan secara menyeluruh adalah
metode walkey dan black.
Setelah
pengamatan yang dilakukan maka diperoleh % C yaitu -19,5 % dan % bahan organik
yaitu -33,54 %. Dengan hasil -33,54% artinya tidak terdapat bahan organik pada
tanah yang diamati jumlah bahan. Organik tanah dalam ekosistem pertanian
ditentukan oleh perbedaan antara masukan bahan organik dan keluarnya melalaui
mineralisai, hilang dan deposisi oleh erosi serta C organik tgerlarut melalui tanah. Jumlah
bahan organik tanah sangat dipengaruhi oleh pengelolahan tanah dan sistem
pertanaman,
Bahan organik yang berasal dari sisa
tumbuhan dan binatang yang secara terus menerus mengalami perubahan bentuk
karena dipengaruhi oleh proses fisika, kimia dan biologi. Bahan organik tersebut
terdiri dari karbohidrat, protein kasar, selulose, hemiselulose, lignin dan
lemak. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan mendorong
perkembangan populasi mikro organisme tanah.
Kandungan bahan organik dalam tanah
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu
budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan
kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik
dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil
praktikum diketahui dalam penetapan bahan organik dapat dilakukan dengan metode
walkey & black.
2.
Dari hasil praktikum diketahui % C
adalah -19,5%.
3.
Dari hasil praktikum diketahui %
Bahan organik adalah 76,05 %.
4.
Bahan organik merupakan salah satu
faktor yang berperan dalam menetukan suatu budidaya pertanian.
5.
Bahan organik tanah adalah fraksi
organik tanah yang berasal dari tanaman, hewan dan ,mikroorganisme yang telah
melapuk.
6. Dari hasil
pengamatan % (persentase)bahan organik adalah 76,05 % yang artinya tanah
tersebut banyak mengandung bahan organik.
Saran
Sebaiknya praktikum ini dilaksanakan dengan tertib dan juga tanyakan kepada
asisten bila ada yang kurang dimengerti. Usahakan dalam penimbangan tanahnya
harus benar-benar pas dan cara pelaksanaannya dilakukan dengan tertib.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmawijaya, M.I. 1994. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Foth, H.D. 1994.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah . Gadjah
Mada Universitty Press.
Jakarta.
Hanafiah, K. A. 2010. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah . Rajawali Pres. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. CV Akademika Pressindo.
Bogor.
Munawar, A. 1988. Kesuburan Tanah Dan Nutrisi Tanah. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Dunia
Pustaka Jaya. Jakarta.
Poerwowidodo, M. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa.
Bandung.
Rosmarkam, A. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Karnisius. Yogyakarta.