Jumaat, 20 September 2013



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah (Munawar, 1988).
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7. Siklus Fosfor sendiri terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah 2010).
Bahan organik sebagai bahan rehabilitasi juga didapat dari limbah, terutama limbah industri kelapa sawit yang banyak diluar pulau Jawa. Menyatakan bahwa tandan kosong kelapa sawit sebanyak 95 Mg/ha mampu meningkatkan pH tanah, kandungan P, K, Mg, dan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Poerwowidodo, 1993).
Bahan organik merupakan salah satu komponen tanah yang sangat penting bagi ekosistem tanah, dimana bahan organik merupakan sumber pengikat hara dan substrat bagi mikrobia tanah. Bahan organik tanah merupakan bahan penting untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Usaha untuk memperbaiki dan mempertahankan kandungan bahan organik untuk menjaga produktivitas tanah mineral masam di daerah tropis perlu dilakukan (Rosmarkam, 2002).
Bahan organik yang berasal dari sisa tumbuhan dan binatang yang secara terus menerus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh proses fisika, kimia dan biologi. Bahan organik tersebut terdiri dari karbohidrat, protein kasar, selulose, hemiselulose, lignin dan lemak. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan mendorong perkembangan populasi mikro organisme tanah. Bahan organik secara fisik mendorong granulasi, mengurangi plastisitas dan meningkatkan daya pegang air (Hardjowigeno, 1987).

Tujuan Praktikum
            Untuk menetukan jumlah bahn organik suatu tanah.
Kegunaan Praktikum
1.     Sebagai salah salah syarat untuk mengikuti praktikal test pada mata kuliah praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
2.     Sebagai salah satu syarat untuk mencapai program sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.


TINJAUAN PUSTAKA
Umumnya, penambahan jumlah sisa-sisa organik setiap tahun ketanah ditinggalkan. Disini terjadi suatu yang meningkatkan dalam kandungan bahan organik total. Seseorang mengharapkan tanah-tanah di padang pasir berisi tanah organik sangat sedikkit, karena penambahan bahan organik setiap tanahnya dan tanaman sangat kecil (Foth, 1994).
peningkatan pH akibat penambahan bahan organik karena proses mineralisasi dari anion organik menjadi CO2 dan H2O atau karena sifat alkalin dari bahan organik tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat meningkatan pH tanah namun besarnya peningkatan tersebut sangat tergantung dari kualitas bahan organik yang dipergunakan. Perbedaan dalam kecepatan proses dekomposisi dan mineralisasi dari masing-masing jenis bahan organik tersebut pada akhirnya berkorelasi dengan sumbangan C dan N ke dalam tanah (Munawar, 1988).
Apabila tidak ada masukan bahan organik ke dalam tanah akan terjadi
masalah pencucian sekaligus kelambatan penyediaan hara. Pada kondisi seperti
ini penyediaan hara hanya terjadi dari mineralisasi bahan organik yang masih
26 terdapat dalam tanah, sehingga mengakibatkan cadangan total C tanah semakin berkurang (Hardjowigeno, 1987).
Humus yanng mengabsorbsi sejumlah besar air dan yang menunjukkan ciri-cirinya untuk dapat menggembung dan juga menyusut. Tetapi tidak menunjukkan sifat-sifat tanah nyata kurang stabil, karena mereka ini merupakan suatau subyek perombakan mikroba (Poerwowidodo, 1993).
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi yang diinginkan (Darmawijaya, 1994).
Secara lokal, terdapat kecenderungan suatu korelasi di antara kandungan liat tanah dengan kandungan bahan organik. Semakin besar kombinasi persediaan unsur-unsur hara, semakin banyak hasil akumulasi bahan organik pada tanah bertekstur halus. Liat juga mengabsorbsikan rombakan enzim-enzim yang menjadi tidak aktif (Hanafiah, 2010).
Tanah-tanah didaerah arid biasanya mempunyai kandungan bahan organik rendah. Bahan-bahan umum berhubungan dengan semacam humusnya termasuk sisa-sisa tanaman yang mengalami perombakan, bersama-sama dengan substansi pemyusun sel dan hasil tertentu serta hasil-hasil akhir. Hal ini berubah secara tetap dalam sususnan. Keadaan  ini lebih lebih baik sementara membicarakan humus tidak sebagai kelompok tunggal dan dari substansi (Rosmarkam, 2002)
Lahan kering tergolong suboptimal karena tanahnya kurang subur, bereaksi masam, mengandung Al, Fe, dan atau Mn dalam jumlah tinggi sehingga dapat meracuni tanaman. perombakan bahan organik saat pembentukan gambut dilakukan oleh mikroorganisme anaerob dalam perombakan ini dihasilkan gas methane dan sulfida. Pengairan lahan daerah kering dan mengusahakan tanaman budidaya berakibat pada meningkatnya bahan organik dalam jumlah yang lebih besar yang dikembalikan ke tanah setiap tahun (Munir, 1996).
BAHAN DAN ALAT
Tempat dan Waktu
            Pelaksanaan praktikum ini dilakukan di Laboratorium praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Jln. Muchtar Basri No. 3 Gedung F lantai 4.
            Waktu pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 14 Desember 2011, pukul 13:30 WIB Sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah kering udara yang telah diayak dengan ayakan 10 mesh, Larutan K2Cr2O7, asam sulfat pekat, asam phosphate 85 %, Indikator dipenilamine, larutan 4% NaF, larutan Fe  (NH4)2(SO4)2 0,5 N.
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas erlenmeyer 200-300 ml, dan biuret titrasi.








PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.      Timbang 10 gram tanah kering udara, kemudian masukkan ke gelas erlenmeyer.
2.      Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N dan guncang dengan tangan.
3.      Tambahkan 10 ml H2SO4 pekat, kemudian guncang 3-4 menit, selanjtunya diamakan selama 30 menit.
4.      Tambahkan 100 ml aquadest dan 5 ml H3PO4 lalu Naf 4% sebanyak 2,5 ml.
5.      Kemudian tambahkan 5 tetes indikator dipenilamine, guncang hingga timbul biru tua.
6.      Titrasi dengan Fe (NH4)2 (SO4)2  0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi hijau.
7.      Pada saat yang sama buat juga perlakuan blanko yaitu perlakuan dengan cara yang sama tetapi tanpa tanah.
8.      Pergitungan :
% C = 5 (1-) 3,90 (untuk tanah 10 gr)
Keterangan :
1.      T = vol. Fe (NH4)2 (SO4)2 0,5 N tanah
2.      S = vol. Fe (NH4)2 (SO4)2 0,5 N blanko
% organik = 1,72 x % C



HASIL PRAKTIKUM
Perhitungan :
Diketahui :
                        Berat kertas = 1,56 gr
                        Berat tanah = 10 gr
                                    T = 10 ml
                                    S = 5 ml
Ditanya :
% C     = 5 (1-) 3,90
            = 5 (1-) 3,90
            = 5 (1-2) 3,90
            = -19,5 %
% Bahan organik = 1,72 x -19,5
                             = -33,54 %







PEMBAHASAN
            Dalam penetapan bahan organik yang dilakukan didapat tidak sesuai setelah dilakukan percobaan dalam pengamatan dilakalukan suatu percobaan dalam penetuan bahan organik dan dalam penetapan bahan organik dapat dilakukan dengan beberapa metode, dan salah satu diantaranya dapat digunakan secara menyeluruh adalah metode walkey dan black.
            Setelah pengamatan yang dilakukan maka diperoleh % C yaitu -19,5 % dan % bahan organik yaitu -33,54 %. Dengan hasil -33,54% artinya tidak terdapat bahan organik pada tanah yang diamati jumlah bahan. Organik tanah dalam ekosistem pertanian ditentukan oleh perbedaan antara masukan bahan organik dan keluarnya melalaui mineralisai, hilang dan deposisi oleh erosi serta  C organik tgerlarut melalui tanah. Jumlah bahan organik tanah sangat dipengaruhi oleh pengelolahan tanah dan sistem pertanaman,
            Bahan organik yang berasal dari sisa tumbuhan dan binatang yang secara terus menerus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh proses fisika, kimia dan biologi. Bahan organik tersebut terdiri dari karbohidrat, protein kasar, selulose, hemiselulose, lignin dan lemak. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan mendorong perkembangan populasi mikro organisme tanah.
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik.












KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Dari hasil praktikum diketahui dalam penetapan bahan organik dapat dilakukan dengan metode walkey & black.
2.      Dari hasil praktikum diketahui % C adalah -19,5%.
3.      Dari hasil praktikum diketahui % Bahan organik adalah 76,05 %.
4.      Bahan organik merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menetukan suatu budidaya pertanian.
5.      Bahan organik tanah adalah fraksi organik tanah yang berasal dari tanaman, hewan dan ,mikroorganisme yang telah melapuk.
6.      Dari hasil pengamatan % (persentase)bahan organik adalah 76,05 % yang artinya tanah tersebut banyak mengandung bahan organik.
Saran
Sebaiknya praktikum ini dilaksanakan dengan tertib dan juga tanyakan kepada asisten bila ada yang kurang dimengerti. Usahakan dalam penimbangan tanahnya harus benar-benar pas dan cara pelaksanaannya dilakukan dengan tertib.






DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M.I. 1994. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press.           Yogyakarta.

Foth, H.D. 1994.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah . Gadjah Mada Universitty Press.
Jakarta.

Hanafiah, K. A. 2010.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah . Rajawali Pres. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. CV Akademika Pressindo. Bogor.
Munawar, A. 1988. Kesuburan Tanah Dan Nutrisi Tanah. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.
Poerwowidodo, M. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.
Rosmarkam, A. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Karnisius. Yogyakarta.


Tiada ulasan:

Catat Ulasan